PERBANDINGAN KETINGGIAN TITIK PADA SETIAP KELAS PENUTUP LAHAN HASIL STEREOKOMPILASI FOTO UDARA DAN DEM LIDAR SKALA 1 : 5.000 Studi kasus : TANJUNG LESUNG
Abstract
Kebutuhan akan data Informasi Geospasial Dasar (IGD) dengan skala besar semakin meningkat untuk percepatan pembangunan, namun ketersediaan data IGD yang ada belum dapat mengimbangi kebutuhan tersebut. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) sebagai salah satu IGD yang tersedia di Indonesia dalam skala 1:10.000 dan 1:5.000 masih sangat terbatas pada daerah-daerah tertentu. Teknologi foto udara dan LIDAR dalam membantu penyedian peta RBI dengan skala 1:10.000 dan 1:5.000. Pemotretan menggunakan sistem tandem yang terintegrasi antara foto udara dengan lidar berada pada satu pesawat. Kedua sistem tersebut memiliki hasil ketinggian yang berbeda yang dihasilkan foto udara dan LIDAR pada setiap kelas penutupan lahan. Pemilihan titik uji meliputi delapan (8) kelas penutup lahan meliputi daerah bervegetasi yaitu sawah 65 titik uji, hutan 69 titik uji, perkebunan 61 titik uji, semak belukar 57 titik uji dan untuk daerah tak bervegetasi yaitu hamparan pasir pantai 68 titik uji, jaringan jalan 235 titik uji, lahan terbangun 101 titik uji dan sungai 85 titik uji sehingga dalam pemilihan kelas penutupan lahan dapat mewakili kondisi klasifikasi kelas penutupan lahan. Foto Udara dan Lidar dengan menggunakan sistem tandem diperoleh hasil 6 kelas yang memenuhi standar ketelitian geometri peta terdapat pada kelas perkebunan, kelas sawah, kelas semak belukar, kelas hamparan pasir pantai, kelas lahan terbangun, kelas jaringan jalan. Sedangkan hasil penelitian pada kelas hutan dan sungai tidak memenuhi standar ketelitian peta. Berdasarkan hasil penelitian faktor yang mempengaruhi kelas hutan tidak memenuhi standar ketelitian peta pada foto udara disebabkan ketinggian yang diperoleh pada kanopi pohon sedangkan pada LIDAR diperoleh pada permukaan tanah dan pada kelas sungai disebabkan foto udara ketinggian yang diperoleh pada permukaan atas air sedangkan pada LIDAR diperoleh pada dasar air.
Kata Kunci : ketinggian, foto udara, LIDAR, ketelitian
Full Text:
XMLReferences
. A’anMeiza, 2009. Teknologi Lidar Dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara. IntituteTeknologi Bandung.
. Aditya Nugroho, 2015, Pemetaan Daerah Rawan Bencana Menggunakan Data Wahan UAV (Unmaned Aerial Vehicle). Universitas Pakuan Bogor.
. Atriyon Julzarika, 2012, Perbandingan Teknik Orthorektifikasi Citra Satelit Spot5 Wilayah Semarang Dengan Metode Digital Mono Plotting (DMP) dan Metode Rational Polynomial Coeficients (RPCs), Pusat Bidang Bangfatja, Pusbangja, Lapan
. BIG. (2014). PeraturanKepala BIG No. 15 Tahun 2014. Bogor : Badan Informasi Geospasial.
. Dani Nur Martiana. 2016. Analisis Akurasi DTM Terhadap Penggunaan Data Point Clouds Dari Foto Udara dan LAS LIDAR Berbasis Metode Penapisan Slope Based Filteringdan AlgoritmaL Macro Terrasolid.
. Dipokusumo, B. 2004. Diktat Kuliah Fotogrametri. Bandung: Penerbit ITB.
. Dipo Nawangsidi, 2009, Airbone Altimetric Lidar : Aplikasi dan Permasalahan, Karya Tulis Tugas Akhir, Istitut Teknologi Bandung.
. Dr. Hasanudin Z. Abidin, 2006, Penentuan Posisi GPS dan Aplikasinya, Penerbit: PT Paramita.
. Eddy Prahasta, 2015, Pengolahan Data Sistem Lidar (Light Detection And Ranging), Penerbit Informatika.
. F. Amer, 1999. Adjusment of Aerial Triangulasi, International Institute For Aerial Survey And Earth Sciences Enchede.
. Featherstone. W.E., dan Khun. M. 2006. Height Systems And Vertical Datums : A Review In The Australian Context.
. Ferdian, A., N. 2011. “Pembuatan Peta Foto Skala 1:1000 dari Foto Udara Format Sedang”, Skripsi, Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
. Firdaus, W. (2015). Comparison of LiDAR and Photogrammetry DEMs in Makassar urban area. 13th South East Asian Survey Congress, Singapore.
. Jie Shan and Charles K. Toth, 2009, Topographic Laser and Ranging and Scanning Principles and Processing, CRC Press Taylor and Francis Group..
. Leica Geosystem, 2010. RCD 30 and ALS 70. Heerbrugg, Swiss
. Lillesand dan Kiefer, 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri (Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
. Paul R. Wolf, 1993, Elemen Fotogrametri, Penerbit : Gadjah Mada University Press.
. Rahman, A. (2011). Penuntun Praktikum Inderaja dan Sistim Informasi Geografis Analisis Rawan Banjir (Studi Kasus di Kabupaten Barito Kuala). Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.
. Rahmayudi, A., & Rizaldy, A. (2016). Comparison of Semi Automatic DTM from Image Matching with DTM from LiDAR. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B3.
. Soetaat. 2011. Bahan Ajar Fotogrametri I, Teknik Geodesi UGM, Yogyakarta.
. Sudarsono, Bambang. 2008. Pemetaan Fotogrametri, Buku Ajar. Semarang: Universitas Diponogoro.
. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 2. Gajah Mada University Press,Jogjakarta.
. Syafri, Irawan., dan Wuriyati, A. 1990. Kondisi Datum Ketinggian Wilayah Sungai Di Pulau Jawa.Bul. Pusair.
. Wehr, A. L. (1999). Airborne Laser Scanning-an Introduction and Overview. ISPRS Journal of Photogrammetry and Remote Sensing, Vol.54.
. Wolf, P.R. and Dewitt, B. A. 2000. “Elements of Photogrammetry with Aplication in GIS,”,Third Edition, Mcgraw-Hill Publisher, United States.
. Wolf, Paul R. 1993. Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan Penginderaan Jauh, Penerjemah: Gunadi, Gunawan, T., Zuharnen, Edisi kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Refbacks
- There are currently no refbacks.