ANALISIS KETELITIAN PETA KONTUR SKALA BESAR HASIL PENGUKURAN DRONE
Abstract
ABSTRAK
Pembentukan garis kontur dari data pemetaan terestris memiliki akurasi yang tinggi, tetapi pengukuran terestris memiliki kelemahan yaitu membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Sedangkan kontur dari data foto udara dengan pesawat udara tanpa awak / UAV (Unmanned Aeral Vehicle) memiliki akurasi yang rendah, tetetapi memiliki beberapa kelebihan diantaranya membutuhkan biaya yang murah, waktu yang cepat dan bisa untuk area yang kecil. Penelitian menganalisis perbandingan hasil pemetaan digital antara data topografi hasil foto udara dan terestis dengan studi kasus di lahan perkebunan kentang PT. Condong di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Luas area lahan ialah 15,143 hektar dengan kondisi lahannya agak landai dan agak curam yang di tanami kentang.
Proses yang dilakukan yaitu perbandingan DTM, perbandingan nilai elevasi dengan sampling grid per 25 m, perbandingan 5 section, akurasi titik kontrol tanah(GCP), perbandingan tampilan garis kontur dan perbandingan waktu juga biaya antara data foto udara dan terestris.
Penelitian ini memberikan beberapa hasil analisis yaitu perbedaan nilai ketinggian DTM foto udara dengan DTM terestris didapatkan nilai rata-rata sebesar 0.602 m, LE90 dari sample grid per 25 m sebesar 1.060 m, rata-rata dari 5 section sebesar 0.640 m, RMSE 3 titik GCP di bawah 0.010 m, tampilan kontur keduanya saling berimpit pada nilai elevasi yang sama tetetapi tampilan kontur foto udara agak kasar sedangkan kontur terestris tampilannya halus. Hasil optimalisasi waktu dan biaya, pemetaan terestris pada lokasi area dengan lahan terbuka seperti kebun kentang dengan luas area 15,1 Ha waktu yang diperlukan 16 hari dan biaya nya senilai Rp.60,400,000. Sedangkan pemetaan foto udara dengan wahana drone DJI Phantom 4 waktu yang diperlukan 3 hari dan biaya nya senilai Rp.24,160,000. Sehingga pemetaan terestris waktunya lebih lama 16 hari dan biayanya lebih besar senilai Rp.36,240,000.
Kata Kunci : Topografi, Foto Udara, Terestris
ABSTRACT
The formation of contour lines from terrestrial mapping data has high accuracy, but terrestrial measurements have the disadvantage of being expensive and taking a long time. While the contours of aerial mapping data with unmanned aerial vehicles / UAV (Unmanned Aeral Vehicle) have low accuracy, but have several advantages including low cost, fast time and can be used for small areas. This Research analyzed the comparison of the results of digital mapping between topographic data from aerial and terrestrial photographs with case studies on potato plantations of PT. Condong in Margamulya Village, Cikajang District, Garut Regency, West Java Province. The land area is 15,143 hectares with slightly sloping and rather steep land conditions planted with potatoes.
The process carried out are a comparison of DTM, comparison of elevation values with a sampling grid per 25 m, comparison of 5 sections, accuracy of ground control points (GCP), comparison of contour line displays and comparison of time and cost between aerial and terrestrial photo data.
This study provides several analysis results, namely the difference in the height value of aerial photography DTM with terrestrial DTM, the average value is 0.602 m, LE90 from the sample grid per 25 m is 1.060 m, the average of 5 sections is 0.640 m, RMSE 3 GCP pointsunder 0.010m, the contours of the two are close to each other at the same elevation value but the aerial photo contours are a bit rough while the terrestrial contours are smooth. The results of optimizing time and cost, terrestrial mapping at the location of areas with open land such as potato gardens with an area of 15.1 Ha, it takes 16 days and costs Rp. 60,400,000. While mapping aerial photos with the DJI Phantom 4 drone, it takes 3 days and costs Rp. 24,160,000. So that terrestrial mapping takes 16 days longer and costs Rp. 36,240,000.
Keywords : Topography, Aerial Mapping, Terrestrial
Full Text:
PDFReferences
Iqbal Yukha Nur Afani, Bambang Darmo Yuwono dan Nurhadi Bashit, 2019.“OPTIMALISASI PEMBUATAN PETA KONTUR SKALA BESAR MENGGUNAKAN KOMBINASI DATA PENGUKURAN TERESTRIS DAN FOTO UDARA FORMAT KECIL” Tersedia dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/22555
Li Zhilin, Zhu Qing dan Gold C.2005.Digital Terrain Model Principle and Methodology. New York : CRC Press.
Melasari, I.2014.Kajian Akurasi Dem Hasil Stereoplotting pada Foto Udara Format Medium. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Nugraha, Aria. 2015. “Cara Menulis Kutipan di Skripsi, Thesis, dan Laporan Ilmiah yang Diakui Secara Internasional”. Tersedia dari: http://www.prbahasaindonesia.com/2015/06/cara-menulis-kutipan-di-skripsi-thesis-dan-laporan-ilmiah-yang-diakui-secara-internasional.html
Putri, Subiyanto, & Suprayogi, 2016. “Foto Udara dan Fotogrametri”. Tersedia dari website: https://garuda.ristekbrin.go.id/author/view/345519
Republik Indonesia.2018.Peraturan Kepala BIG No.6 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar.Cibinong.
Rudianto B.2011.Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point Terhadap Ketelitian Objek Pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi. Jurnal Rekayasa Institut Teknologi Nasional. 1(15): 11-18.
Saraoinsong Samuel Hardy, Poekoel C. Vecky. 2018. “Rancang Bangun Wahana Pesawat Tanpa Awak (Fixed Wing) Berbasis Ardupilo”t. Teknik elektro samratulangi Manado 2018.
Refbacks
- There are currently no refbacks.