PEMBUATAN WEBGIS DAERAH POTENSI BAHAYA BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEMNAS STUDI KASUS : KOTA SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT
Abstract
Banjir merupakan kejadian meluapnya aliran sungai yang melebihi kapasitas tampungan sungai, sehingga menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Salah satu daerah yang sering terjadi banjir di Indonesia yaitu Kota Solok, Provinsi Sumatera Barat. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solok (2021), kejadian banjir terparah dan terbesar di Kota Solok dengan ketinggian air mencapai dua meter. Banjir tersebut merupakan luapan dari Sungai Batang Lembang. Banjir bisa menyebabkan kerugian secara materi maupun non material. Kurangnya informasi mengenai peta bahaya banjir, menjadi alasan untuk melakukannya penelitian tugas akhir ini. Pembuatan peta bahaya banjir menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) Nasional (DEMNAS) dengan metode Topographic Wetness Index (TWI), selanjutnya disajikan dalam WebGIS potensi bahaya banjir.
Metode Topographic Wetness Index (TWI) diproses menggunakan software ArcGIS dengan memanfaatkan tool fill, flow direction, flow accumulation, slope, raster calculator untuk menghitung tangen slope, flow scale accumulation, dan wetness index. Tujuan penelitian adalah menganalisis daerah potensi bahaya banjir menggunakan data DEMNAS dengan metode TWI, yang divalidasi dengan data kejadian banjir rentang waktu 2018 sampai Februari 2022. Selanjutnya peta potensi bahaya disajikan ke dalam WebGIS.
Hasil analisis diperoleh daerah potensi bahaya banjir tinggi terdapat di Desa Aro Ix Korong seluas 4,573 ha (0,08%), Tanjung Paku seluas 6,908 ha (0,12%), Vi Suku seluas 8,12 ha (0,14%), Nan Balimo seluas 10,201 ha (0,18%). Sedangkan daerah dengan potensi bahaya banjir sangat tinggi terdapat di Desa Simpang rumbio seluas 5,712 ha (0,10%), Tanah Garam seluas 31,013 ha (0,54%). Tampilan WebGIS. Potensi Bahaya banjir Kota Solok dapat diakses secara lokal dengan URL http://localhost/geoserver/www/metodetwi.html.
Kata kunci : DEMNAS, Kota Solok, Potensi Bahaya Banjir, Topographic Wetness Index (TWI), WEBGIS.
Full Text:
PDFReferences
Arc Gis – BENTANG ALAM HUTAN TROPIS. (2016). https://bentangalam-hutantropis.fkt.ugm.ac.id/2016/10/10/arc-gis/
Aronoff. (1989). Geographic Information Sistem : A Management Perpective, Ottawa. In WDL Publication.
Arsyad. (2017). Modul Sistem Informasi Banjir Pelatihan Pengendalian Banjir. Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi, 1–26.
Beven, K. J., & Kirkby, M. J. (1979). A physically based, variable contributing area model of basin hydrology / Un modèle à base physique de zone d’appel variable de l’hydrologie du bassin versant. Hydrological Sciences Bulletin, 24(1), 43–69. https://doi.org/10.1080/02626667909491834
BPS Kota Solok. (2021). Kota Solok Dalam Angka Municipality In Figures 2021. Badan Pusat Statistik.
El-Sheimy, N. ,. (1999). Digital Terrain Model. Department of Geomatics Engineering. The University of Calgary.
Estiningtyas, W., Boer, R., Buono, A., Balai, ), Agroklimat, P., Hidrologi, D., Geofisika, J., Meteorologi, D., Pertanian Bogor, I., Jurusan, ), & Komputer, I. (2009). Di Propinsi Jawa Barat (Analysis of Relationship between Rainfall and Flood as well as Drought Events on Area With Rice Farming System In West Java Province ). In J.Agromet (Vol. 23, Issue 1).
Hidayatullah, Priyanto, J. K. K. (2014). Pemrograman WEB. Informatika Bandung.
Hojati, M., & Mokarram, M. (2016). Determination of a topographic wetness index using high resolution digital elevation models. European Journal of Geography, 7(4), 41–52.
Iswari, M. Y., & Anggraini, K. (2018). DEMNAS: MODEL DIGITAL KETINGGIAN NASIONAL UNTUK APLIKASI KEPESISIRAN. OSEANA, 43(4). https://doi.org/10.14203/oseana.2018.Vol.43No.4.2
Kemenristek RI. (2013). Modul 2: OpenGeo dan Ina-Geoportal (p. 107).
Miardini, A., & Saragih, G. S. (2019). Penentuan Prioritas Penanganan Banjir Genangan Berdasarkan Tingkat Kerawanan Menggunakan Topographic Wetness Index Studi Kasus di DAS Solo. Jurnal Ilmu Lingkungan, 17(1), 113. https://doi.org/10.14710/jil.17.1.113-119
Nucifera, F., & Putro, S. T. (2018). Deteksi Kerawanan Banjir Genangan Menggunakan Topographic Wetness Index (TWI). Media Komunikasi Geografi, 18(2), 107. https://doi.org/10.23887/mkg.v18i2.12088
Painho, M. (2001). WebGIS as a Teaching Tool.
Pourali, S. H., Arrowsmith, C., Chrisman, N., Matkan, A. A., & Mitchell, D. (2016). Topography Wetness Index Application in Flood-Risk-Based Land Use Planning. Applied Spatial Analysis and Policy, 9(1), 39–54. https://doi.org/10.1007/s12061-014-9130-2
Prahasta, E. (2007). Membangun Aplikasi Web-based GIS dengan Mapserver. Penerbit Informatika.
Putra, A. P. (2016). Banggai Laut Flood Identification With Wetness Index Method in. 11(1), 39–50.
Riadi, B., Barus, B., Widiatmaka, Dr., JP, M. Y., & Pramudya, B. (2018). Spatial Modeling on Coastal Land Use/Land Cover Changes and its Impact on Farmers. Environment and Ecology Research, 6(3), 169–177. https://doi.org/10.13189/eer.2018.060304
Suherlan, E. (2001). Zonasi Tingkat Kerentanan Banjir Kabupaten Bandung. Institut Pertanian Bogor.
Tempfli, K. (1991). DTM and differential modelling. In P. R. T. Newby (Ed.), Proceedings ISPRS and OEEPE joint workshop on updating digital data by photogrammetric methods. Oxford, England / Ed. by P.R.T. Newby, 193–200.
Yulaelawati, E., & Syihab, U. (2008). Mencerdasi Bencana. PT Grasindo.
Refbacks
- There are currently no refbacks.