Studi Pengembangan Fasilitas Transportasi pada Kawasan Stasiun Kereta Api (Studi Kasus: Stasiun Parung Panjang)
Abstract
Pada era globalisasi, teknologi transportasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk berpergian dari suatu tempat ke tempat yang dituju baik melalui darat, air atau udara. Perkembangan teknologi transportasi di Indonesia belum merata. sebagian besar pembangunan hanya difokuskan pada kota-kota besar saja, khususnya Kabupaten Bogor. Pertumbuhan penduduk yang signifikan diikuti dengan pertumbuhan volume kendaraan bermotor. Hal ini memicu permasalahan yang timbul pada sektor transportasi, seperti banyaknya jenis moda transportasi dan pola pengaturan transportasi yang tidak beraturan, moda transportasi yang kurang layak, dan beralihnya masyarakat ke angkutan pribadi. Pada studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi, menganalisis karakteristik wilayah studi Parung Panjang, serta menyusun strategi pengembangan fasilitas transportasi dalam mendukung terhadap perkembangan transportasi di kawasan Stasiun Parung Panjang agar dapat mendukung perkembangan wilayah di Kabupaten Bogor. Metode pengumpulan sampel menggunakan metode random sampling. Analisis yang digunakan ialah analisis Matriks Asal-Tujuan (MAT) berdasarkan kuisioner terhadap 100 responden pengguna jasa angkutan massal, wawancara tiga stakeholder, serta tingkat pelayanan (Level Of Service) jalan pada tiga ruas di kawasan Stasiun Parung Panjang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) 46% responden menjawab kondisi jalan yang dilalui angkutan umum adalah rusak. (2) 58% keberadaan rambu lalu lintas yang belum terpasang. (3) 72% tidak adanya lokasi tempat pemberhentian. (4) 93% kondisi pedestrian yang belum sesuai dengan tingkat keselamatan dan keamanan pedestrian. (4) 94% responden merasa tidak aman ketika sedang berjalan kaki. Level Of Service pada tiga ruas jalan, dengan kapasitas dasar (C) 2106,5 Kend/12 jam menunjukan level “F” yaitu tingkat kejenuhan yang tinggi. Hasil analisis menunjukan perlu direncanakannya kawasan pedestrian yang mengacu pada Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki: Direktorat Jendral Bina Marga dengan lebar trotoar 4,5 meter dan perencanaan angkutan massal terintegrasi beserta tempat pemberhentiannya dengan tiga trayek yaitu Parung Panjang-Salimah 16 Halte, Parung Panjang-Dago 18 Halte, Parung Panjang- Legok 21 halte. Jumlah armada yang direncanakan adalah 16 kendaraan + 2 kendaraan cadangan dengan frekuensi layanan 4 kend/jam, Headway15 menit, load factor 130%, Cylce Time 80 menit.
Kata kunci: Kawasan stasiun kereta api, fasilitas transportasi, jalur pedestrian, halte, angkutan massal, level Of Service (LOS)
Full Text:
PDFReferences
Adriansyah. 2015. Manajemen Transportasi Dalam Kajian dan Teori. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.
Ali, Sutardi, dkk. 2012. Strategi Pengembangan Transportasi Dalam Mendukung Pengembangan Wilayah (Studi Kasus: Pulau Misool, Kabupaten Raja Ampat). Jakarta: Jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul.
Oktaviana, Maria Gorreti, dkk. 2011. Strategi Pengembangan Transportasi Antar Wilayah di Propinsi Papua Barat. Malang: Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya.
Republik Indonesia, 2009.Undang – undang No. 22 TentangLaluLintasdanAngkutanJalan, Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia, 2014.Undang – undang No. 74 TentangAngkutanJalan, Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia, 1995. Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.
Republik Indonesia, 1999. Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Pada Jalan Umum, Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga.
Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. 2012. Studi Pengembangan Angkutan Massal Mendukung Terminal A. Yani KM.17 Dalam Kawasan Metropolitan Banjarbakula. Banjarmasin:
https://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/pengembangan-mixed-use-dalam-sistem-tod-konsep-pengembangan-kota-masa-depan_555317f2b67e619b0c13099 (diakses 8 maret 2018)
Refbacks
- There are currently no refbacks.